Oleh: agung | Mei 15, 2012

Gajah

Ketika berkunjung ke sebuah kebun binatang, Rudy terpesona dgn gajah yg sdg menikmati hangatnya sinar siang hari. 

Hewan besar dgn kekuatan super ini nampak begitu tenang di sana, tanpa dikurung dlm kandang. Perhatian Rudy kemudian terusik melihat tali yg mengikat gajah itu. 

Ya, seutas tali. 

Rudy heran, mengapa gajah sebesar ini hanya diikat dgn tali & bukannya rantai? 

Dgn kondisi tnp kandang demikian, tentu mudah bagi gajah utk memutuskan tali, membebaskan diri & menyerang pengunjung. 

Namun blm pernah ada kabar gajah melepaskan diri dari kebun binatang ini. 

Petugas kebun binatang, yang ternyata juga trainer gajah tersebut didekatinya & ditanya, mengapa hewan sebesar & sekuat itu hanya diikat dengan tali. 

Pelatih gajah menjawab, gajah itu tdk pernah berusaha melepaskan diri krn sedari kecil tlh diikat dgn tali berukuran sama. 

Saat kecil, tali itu cukup besar & kuat utk mengikat kakinya sehingga dia tdk prnh mampu memutuskannya. 

Seiring dewasa, dia tetap diikat dgn tali tersebut namun telah terbiasa dgn pikiran bahwa mereka tidak mampu memutuskannya. 

Mereka percaya tali itu masih sangat kuat & tidak pernah mencoba utk memutuskannya lagi. 

Rudy terhenyak, hanya karena pernah gagal maka gajah itu tidak pernah berpikir untuk mencoba kembali, padahal dia terus tumbuh & sekarang pasti tidak sulit baginya untuk memutuskan tali itu. 

Manusia pun tdk ada bedanya. 

Seringkali kita gagal dlm satu hal dan berkesimpulan 
“itu bukan bidangku”, 
“aku tidak berbakat di sana” & tidak pernah lagi mencoba. 

Atau jika ada kesempatan mencoba, maka ketakutan untuk gagal selalu membayangi & hasilnya, Anda benar² gagal lagi. 

Jangan pernah menerima batasan² palsu yg diciptakan oleh masa lalu. 

Waktu berjalan, Anda terus belajar & kali ini Anda pasti lebih kuat & lebih mampu dari masa lalu. 

Mengapa tidak berani mencoba lagi?

from Milist sebelah

Oleh: agung | Februari 9, 2012

Apakah Anak-ku harus rangking 1?

Si Ranking 23 : “Aku ingin menjadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan”

Di kelasnya terdapat 50 orang murid, setiap kali ujian, anak perempuanku tetap mendapat ranking ke-23. Lambat laun membuat dia mendapatkan nama panggilan dengan nomor ini, dia juga menjadi murid kualitas menengah yang sesungguhnya. Sebagai orangtua, kami merasa nama panggilan ini kurang enak didengar,namun ternyata anak kami  menerimanya dengan senang hati.

Suamiku mengeluhkan ke padaku, setiap kali ada kegiatan di perusahaannya atau pertemuan alumni sekolahnya, setiap orang selalu memuji-muji “Superman cilik” di rumah masing-masing, sedangkan dia hanya bisa menjadi pendengar saja. Anak keluarga orang, bukan saja memiliki nilai sekolah yang menonjol, juga memiliki banyak keahlian khusus. Sedangkan anak kami rangking nomor 23 dan tidak memiliki sesuatu pun untuk ditonjolkan. Dari itu, setiap kali suamiku menonton penampilan anak-anak berbakat luar biasa dalam acara televisi, timbul keirian dalam hatinya sampai matanya begitu bersinar-sinar.

Kemudian ketika dia membaca sebuah berita tentang seorang anak berusia 9 tahun yang masuk perguruan tinggi, dia bertanya dengan hati kepada anak kami: “Anakku, kenapa kamu tidak terlahir sebagai anak dengan kepandaian luar biasa?” Anak kami menjawab: “Itu karena ayah juga bukan seorang ayah dengan kepandaian yang luar biasa”. Suamiku menjadi tidak bisa berkata apa-apa lagi, saya tanpa tertahankan tertawa sendiri.

Pada pertengahan musim, semua sanak keluarga berkumpul bersama untuk merayakannya, sehingga memenuhi satu ruangan besar di sebuah restoran. Topik pembicaraan semua orang perlahan-lahan mulai beralih kepada anak masing-masing. Dalam kemeriahan suasana, anak-anak ditanyakan apakah cita-cita mereka di masa mendatang? Ada yang menjawab akan menjadi pemain piano, bintang film atau politikus, tiada seorang pun yang terlihat takut mengutarakannya di depan orang banyak, bahkan anak perempuan berusia 4½ tahun juga menyatakan bahwa kelak akan menjadi seorang pembawa acara di televisi, semua orang bertepuk tangan mendengarnya.

Anak perempuan kami yang berusia 15 tahun terlihat sangat sibuk sekali sedang membantu anak-anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya kelak. Di bawah desakan orang banyak, akhirnya dia menjawab dengan sungguh-sungguh: Kelak ketika aku dewasa, cita-cita pertamaku adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari lalu bermain-main. Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan akan cita-cita keduanya. Dia menjawab dengan besar hati: “Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang”. Semua sanak keluarga tertegun dibuatnya, saling pandang tanpa tahu akan berkata apa lagi. Raut muka suamiku menjadi canggung sekali.

Sepulangnya kami kembali ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak menjadi guru TK?

Apakah kami tetap akan membiarkannya menjadi murid kualitas menengah?

Sebetulnya, kami juga telah berusaha banyak. Demi meningkatkan nilai sekolahnya, kami pernah mencarikan guru les pribadi dan mendaftarkannya di tempat bimbingan belajar, juga membelikan berbagai materi belajar untuknya.
Anak kami juga sangat penurut, dia tidak lagi membaca komik lagi, tidak ikut kelas origami lagi, tidur bermalas-malasan di akhir minggu tidak dilakukan lagi.
Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan terus tanpa henti. Namun biar bagaimana pun dia tetap seorang anak-anak, tubuhnya tidak bisa bertahan lagi dan terserang flu berat. Biar sedang diinfus dan terbaring di ranjang, dia tetap bersikeras mengerjakan tugas pelajaran, akhirnya dia terserang radang paru-paru. Setelah sembuh, wajahnya terlihat semakin kurus. Akan tetapi ternyata hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja rangking 23. Kemudian, kami juga mencoba untuk memberikan penambah gizi dan rangsangan hadiah, setelah berulang-ulang menjalaninya, ternyata wajah anak perempuanku kondisinya semakin pucat saja.

Apalagi, setiap kali akan menghadapi ujian, dia mulai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, terus mencucurkan keringat dingin, terakhir hasil ujiannya malah menjadi nomor 33 yang mengejutkan kami. Aku dan suamiku secara diam-diam melepaskan aksi tekanan, dan membantunya tumbuh normal.

Dia kembali pada jam belajar dan istirahatnya yang normal, kami mengembalikan haknya untuk membaca komik, mengijinkannya untuk berlangganan majalah “Humor anak-anak” dan sejenisnya, sehingga rumah kami menjadi tenteram damai kembali. Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak memahami akan nilai sekolahnya.

Pada akhir minggu, teman-teman sekerja pergi rekreasi bersama. Semua orang mempersiapkan lauk terbaik dari masing-masing, dengan membawa serta suami dan anak untuk piknik. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa dan guyonan, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan karya seni pendek.

Anak kami tiada keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan sangat gembira.

Dia sering kali lari ke belakang untuk mengawasi bahan makanan. Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat sedikit miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap wadah sayuran yang bocor ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.

Ketika makan terjadi satu kejadian di luar dugaan. Ada dua orang anak lelaki, satunya adalah bakat matematika, satunya lagi adalah ahli bahasa Inggris. Kedua anak ini secara bersamaan berebut sebuah kue beras yang di atas piring, tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau saling membaginya. Walau banyak makanan enak terus dihidangkan, mereka sama sekali tidak mau peduli. Orang dewasa terus membujuk mereka, namun tidak ada hasilnya. Terakhir anak kami yang menyelesaikan masalah sulit ini dengan cara yang sederhana yaitu lempar koin untuk menentukan siapa yang menang.

Ketika pulang, jalanan macet dan anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku membuat guyonan dan terus membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan banyak bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan, membuat anak-anak ini terus memberi pujian. Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio-nya masing-masing.

Ketika mendengar anak-anak terus berterima kasih, tanpa tertahankan pada wajah suamiku timbul senyum bangga.

Selepas ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku.

Pertama-tama mendapatkan kabar kalau nilai sekolah anakku tetap kualitas menengah. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang hendak diberitahukannya, hal yang pertama kali ditemukannya selama lebih dari 30 tahun mengajar.
Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu siapa teman sekelas yang paling kamu kagumi dan alasannya.

Selain anakku, semua teman sekelasnya menuliskan nama anakku.

Alasannya pun sangat beragam : antusias membantu orang, sangat memegang janji, tidak mudah marah, enak berteman, dan lain-lain, paling banyak ditulis adalah optimis dan humoris.

Wali kelasnya mengatakan banyak usul agar dia dijadikan ketua kelas saja.

Dia memberi pujian: “Anak anda ini, walau nilai sekolahnya biasa-biasa saja, namun kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu”.

Saya bercanda pada anakku, kamu sudah mau jadi pahlawan. Anakku yang sedang merajut selendang leher terlebih menundukkan kepalanya dan berpikir sebentar, dia lalu menjawab dengan sungguh-sungguh: “Guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.”

Dia pun pelan-pelan melanjutkan: “Ibu, aku tidak mau jadi Pahlawan aku mau jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.” Aku terkejut mendengarnya dan mengamatinya dengan seksama.

Dia tetap diam sambil merajut benang wolnya, benang warna merah muda dipilinnya bolak balik di jarum, sepertinya waktu yang berjalan di tangannya mengeluarkan kuncup bunga.

Dalam hatiku pun terasa hangat seketika.

Pada ketika itu, hatiku tergugah oleh anak perempuan yang tidak ingin menjadi pahlawan ini. Di dunia ini ada berapa banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi seorang pahlawan, namun akhirnya menjadi seorang biasa di dunia fana ini.
Jika berada dalam kondisi sehat, jika hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hati, mengapa anak-anak kita tidak boleh menjadi seorang biasa yang baik hati dan jujur.

Jika anakku besar nanti, dia pasti menjadi seorang isteri yang berbudi luhur, seorang ibu yang lemah lembut, bahkan menjadi seorang teman kerja yang gemar membantu, tetangga yang ramah dan baik.

Apalagi dia mendapatkan ranking 23 dari 50 orang murid di kelasnya, kenapa kami masih tidak merasa senang dan tidak merasa puas?

Masih ingin dirinya lebih hebat dari orang lain dan lebih menonjol lagi?

Lalu bagaimana dengan sisa 27 orang anak-anak di belakang anakku? Jika kami adalah orangtua mereka, bagaimana perasaan kami?

Anakmu bukan milikmu.
Mereka putra putri sang Hidup yang rindu pada diri sendiri,
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau,
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,
Sebab mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah untuk raganya,
Tapi tidak untuk jiwanya,
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi meski dalam mimpi.
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
Namun jangan membuat mereka menyerupaimu
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
Pun tidak tenggelam di masa lampau.
Kaulah busur, dan anak-anakmulah
Anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia merentangmu dengan kekuasaan-Nya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap.
– Khalil Gibran

Oleh: agung | April 6, 2010

Langgarlah Lalulintas, ini Dendanya..

Meski Anda belum tahu, UU Lalu Lintas Angkutan Jalan no. 22/2009 tetap berlaku. Bila melanggar, tentu polisi menindak. Daripada berkilah ini itu, lebih baik baca ini dulu. 🙂

Tak punya SIM? Diatur Pasal 281 jo Pasal 77 (1), denda Rp 1 juta.

Berkegiatan lain saat mengemudi, atau dipengaruhi keadaan yang mengurangi konsentrasi? Diatur Pasal 283 jo Pasal 106 (1), denda Rp 750 ribu

Tak mematuhi sinyal peringatan kereta api, menerobos palang di persimpangan rel? Aturan Pasal 296 jo pasal 114a, denda Rp 750 ribu

Melanggar rambu/marka? Diatur Pasal 287 (1) jo psl 106 (4a) dan Psl 106 (4b), denda Rp 500 ribu. STNK tak sah? Diatur Pasal 288 (1) jo Pasal 106 (5a), denda Rp 500 ribu.

Tanda nomor tak sah? Diatur Pasal 280 jo Pasal 68 (1), denda Rp 500 ribu. Melanggar batas kecepatan maksimum atau minimum? Diatur Pasal 287 (5) jo Pasal 106 (4g) atau Pasal 115a, denda Rp 500 ribu.

Asesori membahayakan seperti lampu silau, bumper tanduk? Diatur Pasal 279 jo Pasal 58, denda Rp 500 ribu.

Tak mengutamakan pejalan kaki atau pesepeda? Diatur Pasal 284 jo Pasal 106 (2), denda Rp 500 ribu.

Berhenti darurat, tapi tak memasang segitiga pengaman atau isyarat lain? Diatur Pasal 298 jo Pasal 121 (1), denda Rp 500 ribu.

Ada juga denda Rp 250 ribu per pelanggaran:

  1. Tak membawa SIM
  2. Tak memakai sabuk keselamatan
  3. Tak memakai helm
  4. Malam hari, lampu utama tak menyala
  5. Mengganggu fungsi rambu, marka, alat pengaman pengguna jalan (berlaku untuk setiap orang)
  6. Tak mematuhi perintah petugas untuk berhenti, jalan terus, melaju cepat, melambat, atau mengalihkan arus
  7. Melanggar tata cara penggandengan kendaraan – Pindah lajur tanpa isyarat – Membelok atau berbalik arah tanpa isyarat
  8. Tak memberi prioritas pada kendaraan tertentu, termasuk yang dikawal petugas Polri sumber: TMC Polda Metro Jaya
Oleh: agung | Februari 12, 2010

10 Tips for Wireless Home Network Security

Many folks setting up wireless home networks rush through the job to get their Internet connectivity working as quickly as possible. That’s totally understandable. It’s also quite risky as numerous security problems can result. Today’s Wi-Fi networking products don’t always help the situation as configuring their security features can be time-consuming and non-intuitive. The recommendations below summarize the steps you should take to improve the security of your home wireless network.

1. Change Default Administrator Passwords (and Usernames)

At the core of most Wi-Fi home networks is an access point or router. To set up these pieces of equipment, manufacturers provide Web pages that allow owners to enter their network address and account information. These Web tools are protected with a login screen (username and password) so that only the rightful owner can do this. However, for any given piece of equipment, the logins provided are simple and very well-known to hackers on the Internet. Change these settings immediately.

2. Turn on (Compatible) WPA / WEP Encryption

All Wi-Fi equipment supports some form of encryption. Encryption technology scrambles messages sent over wireless networks so that they cannot be easily read by humans. Several encryption technologies exist for Wi-Fi today. Naturally you will want to pick the strongest form of encryption that works with your wireless network. However, the way these technologies work, all Wi-Fi devices on your network must share the identical encryption settings. Therefore you may need to find a “lowest common demoninator” setting.

3. Change the Default SSID

Access points and routers all use a network name called the SSID. Manufacturers normally ship their products with the same SSID set. For example, the SSID for Linksys devices is normally “linksys.” True, knowing the SSID does not by itself allow your neighbors to break into your network, but it is a start. More importantly, when someone finds a default SSID, they see it is a poorly configured network and are much more likely to attack it. Change the default SSID immediately when configuring wireless security on your network.

4. Enable MAC Address Filtering

Each piece of Wi-Fi gear possesses a unique identifier called the physical address or MAC address. Access points and routers keep track of the MAC addresses of all devices that connect to them. Many such products offer the owner an option to key in the MAC addresses of their home equipment, that restricts the network to only allow connections from those devices. Do this, but also know that the feature is not so powerful as it may seem. Hackers and their software programs can fake MAC addresses easily.

5. Disable SSID Broadcast

In Wi-Fi networking, the wireless access point or router typically broadcasts the network name (SSID) over the air at regular intervals. This feature was designed for businesses and mobile hotspots where Wi-Fi clients may roam in and out of range. In the home, this roaming feature is unnecessary, and it increases the likelihood someone will try to log in to your home network. Fortunately, most Wi-Fi access points allow the SSID broadcast feature to be disabled by the network administrator.

6. Do Not Auto-Connect to Open Wi-Fi Networks

Connecting to an open Wi-Fi network such as a free wireless hotspot or your neighbor’s router exposes your computer to security risks. Although not normally enabled, most computers have a setting available allowing these connections to happen automatically without notifying you (the user). This setting should not be enabled except in temporary situations.

7. Assign Static IP Addresses to Devices

Most home networkers gravitate toward using dynamic IP addresses. DHCP technology is indeed easy to set up. Unfortunately, this convenience also works to the advantage of network attackers, who can easily obtain valid IP addresses from your network’s DHCP pool. Turn off DHCP on the router or access point, set a fixed IP address range instead, then configure each connected device to match. Use a private IP address range (like 10.0.0.x) to prevent computers from being directly reached from the Internet.

8. Enable Firewalls On Each Computer and the Router

Modern network routers contain built-in firewall capability, but the option also exists to disable them. Ensure that your router’s firewall is turned on. For extra protection, consider installing and runningpersonal firewall software on each computer connected to the router.

9. Position the Router or Access Point Safely

Wi-Fi signals normally reach to the exterior of a home. A small amount of signal leakage outdoors is not a problem, but the further this signal reaches, the easier it is for others to detect and exploit. Wi-Fi signals often reach through neighboring homes and into streets, for example. When installing a wireless home network, the position of the access point or router determines its reach. Try to position these devices near the center of the home rather than near windows to minimize leakage.

10. Turn Off the Network During Extended Periods of Non-Use

The ultimate in wireless security measures, shutting down your network will most certainly prevent outside hackers from breaking in! While impractical to turn off and on the devices frequently, at least consider doing so during travel or extended periods offline. Computer disk drives have been known to suffer from power cycle wear-and-tear, but this is a secondary concern for broadband modems and routers.

If you own a wireless router but are only using it wired (Ethernet) connections, you can also sometimes turn off Wi-Fi on a broadband router without powering down the entire network.

Oleh: agung | Februari 12, 2010

Are Wireless Networks Secure?

Question: Are Wireless Networks Secure?

No computer network is truly secure, but how does wireless network security stack up to that of traditional wired networks?

Answer: Unfortunately, no computer network is truly secure. It’s always theoretically possible for eavesdroppers to view or “snoop” the traffic on any network, and it’s often possible to add or “inject” unwelcome traffic as well. However, some networks are built and managed much more securely than others. For both wired and wireless networks alike, the real question to answer becomes – is it secure enough?

Wireless networks add an extra level of security complexity compared to wired networks. Whereas wired networks send electrical signals or pulses of light through cable, wireless radio signals propogate through the air and are naturally easier to intercept. Signals from most wireless LANs (WLANs) pass through exterior walls and into nearby streets or parking lots.

Network engineers and other technology experts have closely scrutinized wireless network security because of the open-air nature of wireless communications. The practice of wardriving, for example, exposed the vulnerabilities of home WLANs and accelerated the pace of security technology advances in home wireless equipment.

Overall, conventional wisdom holds that wireless networks are now “secure enough” to use in the vast majority of homes, and many businesses. Security features like 128-bit WEP and WPA can scramble or “encrypt” network traffic so that its contents can not easily be deciphered by snoopers. Likewise, wireless routers and access points (APs) incorporate access control features such as MAC address filtering that deny network requests from unwanted clients.

Obviously every home or business must determine for themselves the level of risk they are comfortable in taking when implementing a wireless network. The better a wireless network is administered, the more secure it becomes. However, the only truly secure network is the one never built!

Akhir-akhir ini banyak sekali kriminalitas terjadi yang informasinya diambil dari profile kita yang ada di Facebook. Karena Facebook, orang mungkin bisa memiliki persepsi miring tentang kita. Misalnya saja saat foto-foto memalukan tersebar di antara rekan kerja. Atau terpajangnnya konten berbau esek-esek  di wall, yang malah membuat kita dianggap aneh. Bisa juga ada orang-orang tertentu yang secara tak langsung mencemarkan nama baik kita, karena update status yang mereka lakukan. Walau terkesan sepele, Hal ini bisa membuat opini publik yang mencemarkan nama baik kita.

Beberapa Facebooker mungkin tidak paham, atau malas mempelajari, pengaturan privasi (privacy settings) di Facebook. Padahal caranya sepele. Jangan karena ketidaktahuan, nama baik kita dikorbankan. Dibawah ini ada 5 tips untuk menghindari ‘kecelakaan’ privasi di Facebook, karena ketidaktahuan kita akan pengaturan privasi.

1. Manfaatkan “Friend List”. Bagi kebanyakan orang, fitur friend list mungkin tak dianggap penting. Namun hal ini membantu kita memanajemen teman facebook yang mungkin berjumlah ratusan.

Fitur ini juga memudahkan kita mencari teman facebook lain yang jarang  dikontak. Friend list pun berfungsi memudahkan pengaturan spesifikasi privasi, antara kita dan seseorang. Jangan malas memanajemen teman kita di Facebook.

2. Hilangkan Nama Kita di “Facebook Search”. Bagi yang belum mengerti, kita bisa menghilangkan nama kita di Facebook Search. Hal ini tentu untuk menjaga agar profil kita tak mudah dicari/dilacak orang.

Caranya:
– Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
– Pada privacy settings, pilih ’search’
– Non-aktifkan ‘publik search result’
– Klik ‘Confirm’.

3. Jangan Biarkan Anda Dipermalukan Karena Foto/Video. Seringkali foto-foto culun dan memalukan kita yang di upload teman, bisa mencemarkan nama baik. Kalau sudah begini, rasa malu bercampur emosi pasti muncul. Tidak usah bingung akan hal ini. Atur saja setting privasi foto/video nya.

Caranya:
– Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
– Pada privacy settings, pilih ‘Profile Information’.
– Atur pada pilihan ‘Photo Albums’ dan ‘Photos and Videos of me’, untuk mengatur siapa saja yang berhak melihat foto/video kita.

4. Hilangkan “Status Relationship” Kita. Untuk menghindari kisah pribadi asmara kita diumbar ke publik, ada baiknya menghilangkan status hubungan di Facebook. Tapi awas, jika anda tak memiliki ‘perisai’ diri, hal ini bisa menimbulkan potensi perselingkuhan. Ini semua berbalik ke diri sendiri.

Caranya:
– Cari ‘privacy settings’, pada opsi account di kanan atas.
– Pada privacy settings, pilih ‘Profile Information’.
– Pilih ‘Familiy and Relationship’.
– Untuk lebih detail pilih ‘custom privacy’.

5. Hindari Aplikasi Berbau Esek-esek. Seringkali aplikasi di Facebook memiliki konten dewasa. Misalnya kuis tentang apa gaya sex favorit anda, atau bintang JAV yang cocok dengan anda. Walau fungsinya sebagai having fun, jika informasi ini diketahui orang yang tidak tepat, hal ini bisa menimbulkan persepsi negatif.

Agar orang tidak memiliki persepsi negatif pada diri kita, cari aman saja. Hindari semua aplikasi yang berbau esek-esek. Kuncinya ada pada diri sendiri. Mudah kan?

Semoga tips ini membantu.

Sumber: allfacebook

1) Be wary of e-mails asking for your personal information.
Any e-mail asking for your name, birth date, e-mail username, e-mail password, or any other type of personal information, no matter who the e-mail appears to be from, is almost certainly a scam.

If you have any reason to believe it may be legitimate, do not reply to the e-mail or click any hyperlinks; instead copy and paste the web URL or go to that company’s website for contact information. Don’t hesitate to contact the company’s support channel to confirm legitimacy.

2) Carefully read e-mails that appear suspicious.
E-mails that are poorly worded, have typos, or have phrases such as “this is not a joke” or “forward this message to your friends” are generally scam e-mails. Sometimes company names or brands are misspelled or inaccurate
3) Protect your password.
Create a strong password for your account by using more than 7 characters and having a combination of upper and lower case characters, numbers, and special characters, like the @ or # symbols. It’s also a good idea to change your password on a regular basis. Learn More.

If you receive a notification from Microsoft Customer Support confirming your request to change your password, as I did this past week, and you haven’t recently changed your password, that’s a signal that someone else may be trying to gain access to your account, and you should immediately change your password.

4) Take action!
If you think someone has accessed your account, that the Windows Live ID sign-in page looks fraudulent, or you receive a suspicious e-mail that tries to confirm a password change you didn’t authorise, change your password immediately via the instructions above, or go to:http://account.live.com.
5) Help us identify new scams.
If you’re using the Full version of, you can select the dropdown next to “Junk”, then select “Report phishing scam”. Whatever you do, do not reply back to the sender.

From : www.microsoft.com / www.hotmail.com

Oleh: agung | Oktober 19, 2009

Where to Take An Effort

There is little story that teaches a lot…. A giant ship engine failed. The ship’s owners tried one expert after another, but none of them could figure but how to fix the engine. Then they brought in an old man who had been fixing ships since he was a young. He carried a large bag of Baca Selengkapnya..

Oleh: agung | September 26, 2009

Trik Agar Dapat Terkoneksi dengan Hotspot

Pernahkah kita merasakan kesulitan(gagal koneksi) untuk masuk ke jaringan Wifi(Wireless Fadelity/Hotspot) saat menggunakan Windows Vista. Salah satunya hal itu disebabkan karena aktifnya Protocol IPv6 yang ada di Laptop kita. Dimana secara Default Windows Vista akan membuat Baca Selengkapnya..

Oleh: agung | September 25, 2009

Font Yang Memiliki Banyak Karakter

Arial Unicode1

Arial Unicode merupakan jenis font terlengkap yang ada di jagad raya ini. Memiliki 65,000 jenis karakter dari berbagai jenis Huruf(termasuk huruf-huruf Jepang, Arab, China, dll), Lambang Matematika, Mata Uang dan sebagainya. Setiap kita menginstall Microsoft Office Suite akan disertakan dengan Jenis huruf ini, namun bagi yang tidak memiliki Microsoft Office Suite dapat juga mendownloadnya disini.

Baca Selengkapnya..

Older Posts »

Kategori